Selasa, 27 November 2012

PPGD Alam Bebas


sedikit tentang PPGD alam bebas....
PPGD alam bebas merupakan Pertolongan Pertama Gawat Darurat di alam bebas. Persiapan pengetahuan PPGD dan perlengkapan medis merupakan salah satu factor yang dapat menciptakan kondisi aman dan nyaman. Jadi dalam melaksanakan kegiatan berpetualang di alam bebas kita harus mempertimbangkan terlebih dahulu pengetahuan dan perlengkapan medis kita sebelum kita melakukan kegiatan tersebut. Disini kita memerlukan kesiapan mental karena dengan ketenangan akan menghasilkan suatu keputusan yang cepat dan tepatdan bukan berarti kesiapan fisik kita abaikan karena untuk menolong korban diperlukan suatu fisik yang baik, karena menolong korban bukanlah hal yang mudah dan tidak jarang tanpa fisik yang baik pada si penolong malah akan membahayakan dirinya.
INGAT
“Kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, maka siapkan diri anda sesiap mungkin
sebelum anda melakukan perjalanan”

PENANGANAN KEADAAN GAWAT DARURAT
Teknik penganan dalam keadaan gawat darurat sangat menentukan keberhasilan. Dalam teknik penanganan keadaan gawat darurat faktor kecelakaan dibedakan menjadi beberapa keadaan yang menentukan dalam tindakan yang harus dilakukan:
1. Keadaan gawat tetapi tidak darurat, dimana korban memerlukan penanganan tepat dan baik tetapi penanganan tidak perlu saat itu juga. Misalnya: luka memar akibat terkena benda keras.
2. Keadaan darurat, dimana korban memerlukan penanganan segera walaupun tidak terlalu membahayakan
Misalnya: demam akibat terlalu banyak bergerak/kelelahan dsn menurunnya suhu tubuh.
3. Keadaan gawat darurat, yaitu korban yang memerlukan penanganan yang baik dan tepat dengan segera
Misalnya: hipotermia, akibat keadaan dimana suhu tubuh jatuh kedalam suhu dibawah normal. Jika mendapat seseorang mengalami suatu kecelakaan tanpa diketahui bentuk ataupun penyebabnya, kita dapat menganggap sebagai korban gawat darurat sampai kita dapat memastikan korban tidak dalam keadaan tersebut. Penilaian yang tepat dan cepat dalam penanganan korban merupakan hal yang harus diperhatikan guna menghindari timbulnya resiko cacat dan kematian. Sebagai seseorang yang suka melakukan kegiatan petualangan di alam bebas jika menemukan korban dimanapun dan dalam keadaan apapun kita harus segera memeriksa korban tanpa memindahkan korban terlebih dahulu. Tetapi apabil kejadian disekitar membahayakan kita dapat memindahkan korban pada tempat yang aman dan stabil. Setelah itu kita persiapkan evaluasi kemuddian kita serahkan pada tenaga medis.

Dalam hal ini ada 7 langkah penting yang harus dilakukan ketika terjadi kecelakaan berdasarkan prioritasnya :
1. Amankan Situasi dan lingkungan sekitar kejadian.
Tujuannya :
Agar keadaan terkendali dan bisa mendapatkan respon yang maksimal dari para anggota kelompok kegiatan dalam waktu singkat. Pemimpin kelompok harus segera mengatur keadaan dan membagikan tugas kepada para anggota.
2. Dekati Korban dengan hati-hati.
Tujuannya :
Untuk menghindari keadaan yang lebih buruk dan menjaga agar anggota yang lain tetap aman, korban harus didekati dengan cepat tetapi hati-hati, penting sekali untuk menjaga korban dari luka yang lebih berat.
3. Lakukan Pertolongan pertama.
Tujuannya :
Untuk menghindarkan korban dari keadaan yang dapat mengancam kehidupan. Pertolongan pertama merupakan hal yang terpenting. Misalnya bila korban berada pada tempat yang berbahaya, pindahkan korban ke tempat yang lebih aman, periksa keadaan korban, paling tidak melihat korban bernafas atau tidak, ada denyut nadi atau tidak. Ada pendarahan atau tidak, dan yang pasti kita jangan Cuma diam, atasi keadaan tersebut.
4. Lindungi Korban.
Tujuannya :
Untuk mengurangi tekanan baik fisik maupun mental pada korban. apapun jenis cederanyanya, korban memerlukan perlindungan dari panas dan dingin. Apabila korban tidak mengenal kita, kita harus menjelaskan siapa dan apa yang kita lakukan (bila korban dalam keadaan sadar).
5. Tentukan apakah ada cedera atau luka lainnya.
Tujuannya :
Untuk mengetahui semua cedera yang terjadi baik cedera ringan ataupun berat. Hal ini dapat dilakukan setelah kita menangani keadaan ancaman jiwa.
6. Tentukan apa yang harus dikerjakan.
Tujuannya :
Untuk menstabilkan aktivitas, sehingga dapat dilakukan perawatan maksimal secara bertahap, ini dilakukan setelah selesai tindakan-tindakan diatas. Kemudian merencanakan tindakan selanjutnya dan evakuasi cedera korban, kondisi korban, mental korban, cuaca dan lokasi kegiatan dan transportasi yang ada.
7. Laksanakan apa yang telah direncanakan.
Tujuannya :
Untuk menyelesaikan perawatan korban dan memastikan keselamatan baik korban maupun anggota lainnya, setelah dievakuasi menyeluruh dari situasi keadaan kecelakaan, anggota yang lain disiapkan untuk melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika korban untuk melakukan evakuasi seorang diri, diperlukan pemeriksaan dan observasi lebih lanjut pada korban. Pada penanganan korban kecelakaan selain langkah diatas ada beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh seorang penolong, tindakan ini merupakan suatu urutan karena terdapat pola-pola tertentu yang dapat mengakibatkan kematian pada korban kecelakaan. Pola ini adalah kelainan jalan nafas seperti tersumbat jalan nafas yang lebih cepat menimbulkan kematian dari pada pendarahan. Yang pertama yang mesti kita perhatikan adalah apakah penderita dalam keadaan sadar atau tidak kemudian periksa kondisi korban terutama fungsi pernafasan, fungsi jantung, fungsi otak. 
Secara umum langkah-langkah yang harus diperhatikan pada setiap korban kecelakaan adalah :
1. Airway with cervical spine control (Membebaskan jalan nafas dengan memperhatikan kondisi leher)
Pada setiap korban kecelakaan, yang harus kita perhatikan pertama kali ialah apakah korban dapat bernafas atau tidak, karena jalan nafas merupakan tempat masuknya udara mulai dari mulut atau hidung sampai ke paru-paru. Seseorang yang mengalami gangguan pernafasan jika jalan nafasnya mengalami hambatan. Untuk korban yang masih dalam keadaan sadar, kita dapat mengetahui korban tidak mengalami gangguan jika korban masih dapat bicara. Tapi untuk korban yang tidak sadar, kita dapat memastikan korban dapat bernafas atau tidak dengan melihat adanya pergerakan pada dinding korban atau dengan meletakkan punggung tangan diatas hidung atau mulut korban atau bisa juga dengan melihat uap pernafasan pada kaca jam tangan atau cermin. Apabila kita tidak merasakannya, kita harus membebaskan jalan nafas korban terlebih dahulu dengan cara menengadahkan kepala korban kemudian dengan chin lift atau jaw thrust (mengangkat dagu dan mendorong rahang bawah ke arah depan). Apabila terdapat benda yang menyumbat pada jalan pernafasan dapat dikeluarkan dengan menggunakan jari seperti mengait tetapi harus dengan hati hati jangan sampai benda tersebut terdorong semakin dalam. Jika benda yang menyumbat tidak dapat dikeluarkan dengan cara mengait. Kita bisa menggunakan Haemlich Manuiver dengan memberikan posisi/positif pada rongga dada dan rongga perut. Selama memeriksa dan membebaskan jalan nafas, jika diketahui ada atau tidak kelainan pada tulang leher dan korban tidak sadar sehingga tidak dapat memberikan keterangan keluhan pada leher, kita tidak menengadahkan, menundukkan, atau memutar kepala yang dapat menimbulkan perubahan pada leher, maka perlu dilakukan immobilisasi leher dan kepala dengan mempertahankan posisi kepala.
       Cara yang dapat kita lakukan antara lain menahan kepala dengan tangan untuk sementara, sebelum kita membuat penahan lainnya sepeti bantalan, dan dalam keadaan kondisi di alam bebas kita bisa menggunakan baju sebagai bantalan. Ganjalan sebaiknya diletakkan di kedua sisi kepala korban, agar kepala korban tidak bergerak atau bisa juga membuat collar neck yaitu penopang leher berbentuk cincin yang mengelilingi leher dan mempertahankan posisi leher agar tidak bergerak.
       Collar neck dapat juga kita buat dari handuk atau potongan matras yang dapat digulung dengan ukuran 10-14cm dengan bagian depan lebih besar kemudian kita ikat dengan tali. Waktu mengikat usahakan jangan terlalu kencang untuk menghindari korban tercekik atau menambah cedera korban.

2. Breathking support (Bantuan pernafasan)
Setelah kita tahu jalan pernafasan sudah bebas, kita harus memastikan kembali apakah korban telah bernafas atau belum. Jika sudah bernafas, kita perlu untuk mempertahankan keadaan tersebut. Tapi jika korban belum dapat bernafas atau pernafasannya belum optimal (kurang 10x/Menit), kita perlu memberikan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut, tapi bila waktu meniup ke dalam mulut timbul sumbatan atau mulut sukar di buka, maka pernafasan buatan dapat dilakukan dari mulut ke hidung.
Langkah-langkah dalam melakukan pernafasan buatan :
a) jalan nafas telah bebas dari sumbatan
b) tutup hidung korban dengan dua jari, untuk mencegah terjadinya kebocoran saat dilakukan
pernafasan buatan
c) ambil nafas dalam-dalam, rapatkan mulut penolong melingkar mulut korban sambil melihat pergerakan dada korban (buka pakaian korban untuk memudahkan penilaian). Jika dada korban naik, hentikan hembusan dan lepaskan mulut penolong dari mulut korban, biarkan korban menghembuskan nafas secara pasif, lakukan 3-5 kali dan bila saat menghembuskan nafas korban terlihat naik kemungkinan udara masuk ke lambung, hal ini dapat terjadi karena jalan nafas tidak terbuka dengan baik, keadaan ini harus segera diantisipasi karena selain bantuan pernafasan tidak efisien, juga hembusan udara kedalam lambung akan mengakibatkan muntahan yang jika masuk ke dalam saluran pernafasan dapat mengakibatkan kematian.
d) pemberian bantuan nafas sebaiknya dilakukan dalam 5 detik

3. Circulation with bleeding control(Bantuan Sirkulasi)
Bantuan sirkulasi dilakukan pada korban yang mengalami henti jantung yang dapat diketahui jika kita mendapatkan korban dalam keadaan:
1. tidak sadar
2. henti nafas
3. tidak teraba denyut nadi pada pembuluh darah besar korban (Syok). hilangnya kesadaran akan terjadi 15-20 detik setelah henti jantung. Perabaan nadi hendaknya dilakukan pada pembuluh darah besar (pada leher, pergelangan tangan, atau pangkal paha).
Teknik Dasar Sirkulasi :
1. kita berlutut pada salah satu sisi korban atau pada sisi yang berlawanan jika ada dua penolong,
2. tempatkan pangkal sebelah tangan penolong pada 1/3 bagian bawah tulang dada korban dan tempatkan pangkal tangan yang lain diatas tangan pertama,
3. dorong tulang dada tegak lurus kebawah kearah tulang punggung dengan gerakan pada pinggul menggunakan berat kira-kira 4-5cm,
4. pertahankan posisi tersebut kurang lebih 1/2detik lagi,
5. penekanan berikutnya dilakukan 60 kali/menit, bila pertolongan dilakukan oleh dua orang dan 80 kali/menit bila pertolongan dilakukan oleh satu orang.
6. evaluasi setelah dilakukan resusitasi paru (RPJ) selama 1 menit (4 Siklus) dengan memeriksa dan nadi pada arteri dileher selama 5 detik.
Catatan :
Frekuensi pemberian nafas buatan dan penekanan jantung adalah 5 penekanan jantung, 1 nafas buatan untuk 2 orang penolong, dan 15 penekanan jantung, 2 nafas buatan bila penolong 1 orang. Tindakan bantuan dasar adalah tindakan medis darurat sederhana yang dilakukan tanpa alat, dan sesuai dengan keterbatasan sarana dan sumber daya yang dimiliki dilapangan

4. Disability (Evaluasi gangguan Neorologis)
Pada akhir pemeriksaan evaluasi awal diatas, lakukan evaluasi terhadap keadaan neorologis secara tepat. Yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran korban dengan metode AVPU yaitu:
A = Alart (sadar)
V = Verbal Respon (reaksi terhadap rangsangan suara)
P = Pain Respon (reaksi terhadap rangsangan sentuhan)
U = Unresponsive (tidak ada respon)
Jika korban dalam keadaan sadar menunjukkan kondisi korban yang lebih baik tetapi jika korban dalam keadaan tidak sadar maka penolong harus lebih waspada akan perlu dilakukan tindakantindakan penanganan dan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencari kelainan lainya.

5. Exposure and environmental control (Memeriksa korban secara keseluruhan dan menjaga kondisi korban)
Exposure/environment merupakan langkah-langkah yang kita lakukan dengan memeriksa seluruh tubuh korban dan fungsi-fungsi tubuh lainnya (jika perlu seluruh pakaian korban dibuka). Pemeriksaan dapat dilakukan dengan inspeksi (melihat secara keseluruhan korban dari atas ke bawah). Dan dapat dilanjutkan dengan korban menggerakkan seluruh anggota tubuh korban (jika korban mampu), apabila ada trauma kepala atau patah pada tulang, pemeriksaan bagian tubuh bagian belakang harus dilakukan secara Lob Rolled (dibalikkan secara bersamaan dengan posisi kepala dan leher sejajar dengan batang tubuh). Selanjutnya korban dipertahankan. Kondisinya dalam keadaan aman dan stabil termasuk membuka dan mengganti pakaian korban bila basah dan melindungi korban dari pengaruh lingkungan. Setelah korban dalam keadaan stabil dapat dimulai evakuasi.

Penyakit beserta pencegahannya:
Penyaki-penyakit umum yang sering terjadi saat melakukan kegiatan petualangan, diantaranya:

1) Mountain Sickness (penyakit gunung)  penyebab utamanya adalah kekurangan kadar
oksigen dalam darah karena berada di dalam ketinggian tertentu.
Factor-faktor yg menyebabkan:
- Kurangnya aklimatisasi (proses penyesuaian dua kondisi lingkungan yg berbeda)
- Pergerakan mencapai ketinggian tertentu yg terlalu cepat
Gejala:
- Pusing
- Nafas sesak
- Tidak nafsu makan
- Mual terkadang muntah
- Badan terasa lemas, lesu, malas
- Jantung berdenyut lebih cepat
- Penderita sukar tidur
- Muka pucat, kuku dan bibir terlihat kebiru-biruan
Penanganan:
- Istirahat yg cukup, pada umumnya gejala ini akan dg sendirinya setelah istirahat
beristirahat selama 24 s.d 48 jam
- Jika kondisi tdk membaik turunkan penderita dari ketinggian terebut, sekitar 500 s.d
600 meter

2) Hypotermia
Suatu keadaan dimana kondisi tubuh tdk dapat menghasilkan panas disertai menurunnya suhu inti tubuh.
Factor penyebab:
- Suhu yg ekstrim
- Pakaian yg tidak cukup sehingga mengenakn pakaian basah
- Kurangnya makanan yg mengandung kalori tinggi
Gejalanya antara lain:
- Menggigil
- Dingin, pucat, kulit kering
- Bingung, sikap-sikap tdk masuk akal, lesu, dan kalanya ingin berkelahi
- Jatuh kesadaran
- Pernafasan pelan dan pendek
- Denyut nadi yg pelan dan melemah
Penanganannya:
- Cari perlindungan dari kondisi yg dingin. Ex: membuat tenda
- Lepaskan semua pakaian yg basah
- Selimuti korban dg selimut atau atau sleeping bag karing. Atau jika ado safety blangket yg deseliputi dg aluminium
- Baringkan korban dan hindarkan kontak langsung dengan tanah
- Jangan biarkan penderita tertidur yg berakibat hilang kesadarannya
- Beri penderita makanan/ minuman hangat dan mengandung hidrat arang. Jangan beri minuman beralkohol
- Evakuasi secepatnya ke rumah sakit jika kondisi tidak membaik

3) Kelainan panas
Suhu yg terlalu tinggi (sangat panas) dapat menyebabkan berbagai penyakit kelainan
panas yg terdiri dari tiga keadaan (di-urutkan berdasarkan beratnya) :

a) Heat cramps (kram karena panas)  kejang otot hebat akibat keringat berlebihan,
yang terjadi selama melakukan aktivitas pada cuaca yg sangat panas.
Penyebab:
- Hilangnya banyak cairan dan garam (termasuk netrium, kalium dan magnesium) akibat keringat yg berlebihan
Gejalanya:
- Kram yg terjadi tiba-tiba mulai di tangan, betis atau kaki
- Otot menjadi keras, tegang dan sulit untuk dikendurkan, terasa sangat nyeri
Penanganan:
- Dengan minum atau memakan minuman/ makanan yg mengandung garam

b) Heat Exhaustion (kelelahan karena panas)  suatu keadaan yg terjadi akibat terkena panas akibat berjam-jam, dimana hilangnya banyak cairan karena berkeringat
menyebabkan kelelahan, tekanan darah rendah dan kadang pingsan. Jika tdk segera
diatasi dpt menyebabkan heat stroke
Gejala:
- Kelelahan
- Kecemasan yg meningkat, serta badan basah kuyup karena berkeringat
- Jika berdiri, penderita akan merasa pusing krn darah terkumpul di pembuluh darah
tungkai yg melebar akibat panas
- Denyut jantung menjadi lambat dan lemah
- Kulit menjadi dingin, pucat dan lembab
- Penderita menjadi linglung/bingung kadang pingsan
Penanganan:
- Istirahat di daerah yg teduh
- Berikan minuman yg mengandung elektrolit

c) Heat Stroke  suatu keadaan yg bisa berakibat fatal, yg terjadi akibat terpapar panas dalam waktu yg sangat lama, diaman penderita tdk dapat mengeluarkan keringat yg cukup untuk menurunkan suhu tubuhnya. Jika tdk segera diobati, heat stroke bisa menyebabkan kerusakan permanen atau kematian. Kerusakan permanen pada organ dalam (missal otak) bisa segera terjadi dan sering berakhir dengan kematian.
Gejalanya:
- Sakit kepala
- Perasaan berputar (vertigo)
- Kulit teraba panas, tampak merah dan biasanya kering
- Denyut jantung meningkat dan bisa mencapai 160-180 kali/manit (normal 60-100
kali/menit)
- Laju pernafasan biasanya juga meningkat, tetapi tekanan darah jarang berubah
Penanganan:
- Pindahkan korban dg segera ke tempat yg sejuk, buka seluruh baju luarnya
- Bungkus korban dg selimut sejuk dan basah. Usahakan agar selimut tetap segar dan
basah

TRAUMA OTOT DAN TULANG
LUKA
Jenis-jenis luka yang sering terjadi antara lain :
1. Luka Memar
Suatu luka tertutup, dimana permukaan kulit tampak utuh dan terdapat daerah yang bengkak, berwarna biru kehitaman karena adanya darah dibawah kulit.
Penanganannya :
1. cari penyebabnya
2. jika terletak di daerah anggota gerak, adakah tanda-tanda patah tulang (kelainan bentuk dibandingkan sisi sebelahnya, nyeri apabila digerakkan atau bila ditekan). Jika ada lakukan pemasangan spalk/bodai dengan benar
3. bila terdapat didaerah dada, perut atau pinggang kita harus berhati-hati akan kemungkinan terdapat kerusakan organ tubuh didalam rongga dada, rongga perut, dan pinggang (tindakannya dengan makin dari nol daerah yang terluka agar tidak menjadi parah dan membahayakan korban, bila perlu bawa segera ke rumah sakit terdekat)
4. jika tidak terdapat tanda-tanda diatas lakukan pembalutan tekan dan dapat diberikan obat untuk penghilang rasa sakit.

2. Luka Lecet
Suatu luka yang ringan dimana hanya sebagian dari permukaan kulit saja yang terkena, dapat disebabkan oleh suatu gesekan yang terus menerus atau gesekan pada benda yang keras.
Penanganannya :
Cukup dengan membersihkan dan memberikan obat merah/betadine untuk mencegah kuman, luka ini biasanya cepat mengering/sembuh.

3. Luka Sayat
Luka sayat, luka yang biasanya disebabkan oleh sayatan benda tajam yang disertai dengan putusnya salah satu urat otot, bila cukup lebar diperlukan penjahitan pada luka jenis ini Pada luka ini bila terjadi pendarahan yang banyak :
a. Baringkan korban, perhatikan darah yang keluar ke jalan nafas (jika ada luka di daerah muka atau kepala)
b. Lindungi luka dengan perban tebal dan bersih, balut tekan pada bagian luka
c. Tinggikan bagian yang berdarah untuk mengurangi derasnya darah
d. Singkirkan pakaian yang menghalangi darah, untuk menilai kondisi luka
e. Warna darah yang merah segar atau mengalir deras kadang berdenyut merupakan pendarahan arteri, sedang yang terbanyak adalah pendarahan dari vena dengan warna merah gelap dan berasal dari bagian daerah luka untuk pendarahan dari arteri bisa digunakan tekanan jari pada daerah pangkal dari luka atau dengan mempergunakan torniket yang diikat selama 1 menit dan kendorkan 5 menit berselang seling, namun tindakan ini tidak dianjurkan dan tidak dapat dilakukan untuk keadaan yang sangat terpaksa seperti pendarahan yang hebat dimana pendarahan tidak dapat berhenti dengan balut tekan dan penekanan arteri penangkal dari luka.

4. Luka Tusuk
Luka akibat tertusuk benda tajam. Jenis luka ini hampir sama dengan luka sayat dalam cara penanganan luka. Bedanya jika terjadi pendarahan pada luka tusuk, jangan mencoba mencabut benda yang ada/menusuk tubuh karena dapat menimbulkan luka yang terbuka sehingga akan terjadi infeksi atau timbul pendarahan, buat bantalan lilitan ujung perban ke jari membuat lingkaran, buatlah lilitan melingkar disetiap ujungnya keatas dan kebawah, letakkan diatas tempat yang terkena tusukan (luka tusukan berupa pecahan kaca atau benda-benda kecil lainnya).

5. Luka Gigit
Luka yang diakibatkan oleh gigitan ular atau hewan-hewan lainnya. Luka jenis ini walaupun kecil selalu kita anggap sebagai luka yang kotor dan sangat potensial untuk terjadi infeksi. Untuk kegiatan petualangan di alam bebas, luka gigitan binatang ini lebih banyak diakibatkan ulah gigitan binatang melata (ular) dan ini yang mesti kita hindarkan karena sebagian besar bisa biasanya 2 titik tusukan, ada kalanya bekas tusukan Cuma satu, jika ular yang menyerang dari satu sisi.
Bisa ular terdiri dari 3 macam :
a. Neurotoksik
Racun bagi jaringan syaraf biasanya disertai sesak nafas dan luka gigitannya tidak terasa sakit namun sangat cepat berbahaya bahkan tanda-tanda tidak begitu jelas.
b. Hemotxil
Racun bagi sel-sel darah bisanya menimbulkan bercak darah di seluruh tubuh, disertai batuk darah, kencing darah, luka gigitannya terasa nyeri dan membengkak.
c. Kardiotoksik
Racun bagi jantung karena fungsi jantung itu sendiri sangat vital biasanya sangat sulit untuk ditangani, jenis ini adapun tanda-tandanya luka dari bekas gigitannya berwarna hitam atau kebiru-biruan, penyebarannya sangat cepat. Penanganan luka gigitan ular berbisa Karena akibatnya yang fatal, luka akibat gigitan ular berbisa ini harus segera ditangani. Adapun tindakan yang paling tepat ialah dengan menginjeksi anti bisa ular (SABU) agar racun (bisa tersebut dapat segera dinetralkan).
Jika SABU tak ada maka hal yang perlu dilakukan adalah :
a. Tenangkan korban
Baringkan korban dan jaga korban tidak banyak melakukan aktifitas, untuk menghindari
percepatan penyebaran racun atau bisa ular dalam tubuh.
b. Pasangkan tornikuet (pita Pengikat) pada daerah yang lebih dekat dengan jantung. Pengikat tidak perlu terlalu ketat sebab tujuan pengikatan adalah hanya untuk memperlambat peredaran darah atau dalam darah, dan bukan memberhentikannya, pita pengikat dibuka setiap 5 sampai 10 menit dengan tujuan agar tidak terjadi kematian jaringan.
c. Mengeluarkan bisa ular dengan melakukan pengisapan pada daerah luka irisan dengan menggunakan alat pengisap (sangat dianjurkan untuk tidak menghisap dengan mulut, karena apabila ada lubang pada gigi akan mengakibatkan bisa masuk kedalam tubuh dan meracuni penolong).

6. Patah tulang
Patah tulang adalah hilangnya kontuinitas (keseimbangan) tulang. Bila patah terjadi pada seseorang dapat timbul syok, kecacatan, kematian. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar patah tulang terbagi menjadi patah tulang terbuka dan patah tulang tertutup. Patah tulang terbuka adalah kulit-kulit luka adalah kulit-kulit luka ada hubungan antara tulang dengan dunia luar kemungkinan kuman-kuman masuk melalui luka dan menimbulkan infeksi. Patah tulang tertutup adalah jika tidak ada hubungan antar tulang dengan dunia luar (kulit tetap utuh).
Patah tulang dapat disebabkan oleh :
- Kekuatan langsung yaitu oleh benda tumpul atau tajam sehingga patah tulang terjadi pada tempat yang terkena.
- Kekuatan tidak langsung yaitu jika disebabkan oleh kekuatan awal diteruskan secara langsung melalui satu atau lebih persendian sehingga patah tulang terjadi tidak pada tempat terkena.
- Tekanan atau benturan berulang-ulang. Korban patah tulang biasanya mengeluh terasa nyeri terutama pada bagian anggota tubuh yang mengalami patah tulang digerakkan atau tampak kelainan bentuk dari anggota tubuh karena trauma, selain itu juga korban bisa mengeluh lecet atau memar dan bengkak. Adanya keluhan lain juga harus ditanyakan dan diperiksa berupa rasa ba’al atau hilangnya kemampuan untuk
bergerak, kulit pucat atau kebiruan pada jari-jari tangan/kaki bahkan mulut mungkin terjadi hilang kesadaran.
Penanganan :
Penanganan korban patah tulang setiap gerakan pada daerah yang terluka dapat menyebabkan syok dan dapat menimbulkan kerusakan yang lebih beasar. Oleh karena itu ada luka terbuka harus dilakukan penangan agar tidak terjadi gerakan pada daerah patah tulang, adapun hal yang perlu dilakukan pada korban patah tulang ialah:
1. Letakkan daerah yang terluka di posisi yang nyaman dengan sedikit mungkin gerakan
2. Jika ada pendarahan segera atasi dengan balut tekan.
3. Balut bidai dengan papan/dahan kayu/handuk dengan panjang melebihi dua persendian di atas dan di bawah luka
4. Pasang bidai paling sedikit dua buah pada dua sisi yang melebihi dua persendian
5. Ikat bidai di tiga tempat atau lebih, sehingga daerah yang luka dan persendian di atas dan di bawah luka tidak bisa digerakkan
6. Topang daerah yang luka agar tidak bergerak terhadap tubuh korban dengan mitella atau alat
yang lain
7. Persiapkan korban untuk dievakuasi.
Semoga bermanfaat ☺